Workshop Penguatan LiterasiKebencanaanBerbasis Pengetahuan Lokal dalam Pengurangan Resiko Bencana di Sumbar

Spread the love

PADANG, INVESTIGASI_Indonesia, khususnya Sumatera Barat yang berada di Ring of Fire, sering mengalami berbagai bencana alam. Realitas geografis ini menuntut pendekatan yang berkelanjutan dan efektif dalam mengurangi risiko bencana. Sejarah telah menunjukkan bahwa pengetahuan lokal memainkan peran krusial dalam membangun ketahanan komunitas. Terbentuknya pengetahuan lokal inimemiliki sejarah panjang yang saling berkaitan dengan tradisi agama dan budaya berasal dari lingkungan setempat. Namun, pengetahuan ini sering terpinggirkan akibat urbanisasi dan kurangnya transmisi ilmuantargenerasi.

Penelitian dan dokumentasi dari berbagai sumber menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan pengetahuan lokal dapat ditingkatkan melalui teknologi modern yang dapat membantu menjembatani kesenjangan pengetahuan dan memperkuat infrastruktur kebudayaan dan sosial

Managementof Social Transformation (MOST) UNESCOBRIN yang bergerak dibidang transformasisosial bekerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi internasional, lembaga non-pemerintah, akademisi, kalangan usaha, dan juga masyarakat untuk mendorong dan mempromosikan ilmu pengetahuan sosial, membantu dan mencari alternatif terobosan baru dalam penyelesaian berbagai masalah sosial di Indonesia.

Karena itu, dalam merespon kebutuhan masyarakat yang baru saja tertimpa bencana di wilayah Sumatera Barat, MOST UNESCO bersama Kementerian Agama, Maxima Impact Consulting, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan pemerintah setempat, melaksanakan workshop dalam rangka meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat diwilayah Sumatera Barat dengan menghidupkan kembali dan mengintegrasikanpengetahuan lokal ini kedalam strategipenguranganrisiko bencana yang modern, inklusif danberkelanjutan.
Kegiatan ini bertujuan untuk

(1) Mengoptimalkan pemanfaatan pengetahuan lokal dalam mengurangi
risiko bencana di Sumatera Barat; (2) Meningkatkan kesadaran masyarakat denganka pasitas kesiapsiagaan dan adaptasi masyarakat melalui pendidikan literasi bencana anginklusif dan berkelanjutan dan
(3) Menghasilkan rekomendasi kebijakan yang efektifuntuk pemanfaatan pengetahuan lokal dan teknologi
informasi dalam mitigasi dan manajemen risiko bencana.

Selain itu, urgensi kegiatan ini untuk memberi kemaslahatan hidup bagi masyarakat Sumatera Barat dengan berkurangnya korbanbencana dan memanfaatkan budaya lokal melalui pengetahuan lokal secara inklusif untuk mengurangi resiko bencana serta pentingnya penggunaanpengetahuan local dalam pengurangan resiko bencana baik sebagai earlywarningsystem maupun strategi saat menghadapi bencana dan healing pasca bencana.

Adapun yang jadi keynote speakers pada acara ini adalam Gubernur Sumatera Barat Mahyedi Ansharullah, Sastri Sunarti Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur dan Tradsis Lisan BRIN, Dijen Bimas Islam Kemenag Kamarudin Amin.

Dalam sambutannya, Gubernur Sumatera Barat menjelaskan bahwa bencana yang terjadi di Sumatera Barat menjadi perhatian kita semua.

Banyak bencana yang terjadi di daerah ini, seperti galodo atau banjir bandang, serta patahan semangka yang ada di daerah ini yang gberesiko, bencana gempa yang berpotensi tsunami menjadi perhatian dan keselamatan kita. Sumatera Barat selain menghadiri keindahan alam juga menghadapi kebencanaan yang kadang datang secara tiba-tiba. Maka, kita perlu waspada dan siap-siaga dalam mengahadi bencana. Kolaborai Brin, Pemda Sumbar, Kemenag, Maxima tentu diapresiasi. Agar kita bisa mengurangi dampak dari bencana.

Sebelumnya pada laporan kegiatan Direktuk Eksekutif Most Unesco Fakhriati menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk respon Most Unesco Brin dalam menanggulangi bencana yang baru-baru ini melanda Sumatera Barat. Kegiatan ini diikuti oleh lima puluh orang peserta dari tokoh masyarakat, tokoh budaya, dan penyuluh agama.

Kompenen ini dijadikan sebagai peserta karena para tokoh ini merupakan orang yag selalu berinteraksi dengan masyarakat maka penting mengahadiri ketiga komponen ini. menjelaskan bahwa galodo yang terjadi di Sumatera Barat menjadi perhatian kita semua. Banyak bencana yang terjadi di daerah ini, seperti galodo atau banjir bandang, serta patahan semangka yang ada di daerah ini, bencana gempa yang berpotensi tsunami menjadi perhatian dan keselamatan kita.

Sumatera Barat selain menghadiri keindahan alam juga menghadapi kebencanaan yang kadang datang secara tiba-tiba. Maka, kita perlu waspada dan siap-siaga dalam mengahadi bencana. Kolaborai Brin, Pemda Sumbar, Kemenag, Maxima tentu diapresiasi. Agar kita bisa mengurangi dampak dari bencana.

Pada kesempatan yang sama Sastri Sunarti mewakili Kepala BRIN menjelaskan bahwa kita perlu melakukan transformasi pengetahuan tentang kebencanaan yang bernuansa muatan lokal. Galoga (Minangkabau) dan ngalonjo (tanah bergerak di Palu) merupakan bencana yang harus menjadi perhatian kita. Kadang ingatan kolektif tidak lagi terhubung dengan pengetahuan orang yang ada pada masa sekarang harusnya itu menjadi perhatian kita.

Sehingga pengetahuan lokal akan kebencaan pada masa lalu tetap manjadi perhatian kita.
Pada kesempatan workshop ini, juga menghadirkan beberapa narasumber seperti
Akmal Kamil dari ICC, Fakhriati dari BRIN, Herlin Sridiani, Adib dari Bimas Islam, dan Musfeptial dari BRIN. Rel

More From Author

Sempat Hilang Dalam Dokumen RPJKD, Berkat Perjuangan Zulkenedi Said Ruas Jalan Sasak, Bak Hamparan Permadani Berenda Putih

Membingungkan, Pokir Digabung dan Ditenderkan, Satu Paket Ada di Beberapa Ruas, Pekerjaan Pun Tak Tuntas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT