Oleh : Novri Investigasi
Lama sudah tak menulis tentang kekosongan kursi Wakil Walikota Padang. Ya, karena belum juga ada tanda tanda akan diisi. Gatal juga jari jemari bergerak menulis kekosongan kursi Wawako ini. Entah, dimana tersangkutnya. Setahun sudah Walikota Padang, menjomblo. Tentu, pertanyaan ini layak diajukan kepada partai pengusung PKS dan PAN.
Karena, dua partai ini yang mengusung Mahyeldi dan Hendri Septa. Sekarang, Mahyeldi naik tahta jadi gubernur, Hendri Septa naik tahta menjadi walikota. Kursi wawako ditinggal Hendri Septa, sampai saat ini masih kosong. Meski, dua partai pengusung sudah mengusulkan kader terbaiknya. Namun, sebatas wacana tanpa ada realisasinya.
Kenapa ini terjadi? Tak mungkin bertanya pada rumput bergoyang. Karena lagu lama dianggap sudah basi. Tapi, penulis menilai ada perseteruan antara etika dan logika. Bukan judul lagu, tapi harapan yang masih membelenggu. Kok, disebut antara etika dan logika. Apa hubungannya dengan kekosongan kursi wakil walikota.
Baca Juga: Menebak Langkah Politik Andre Rosiade
Lalu apa pula dikatakan etika dan logika, sehingga dikaitkan dengan kursi wakil walikota. Etika itu, konsep tindakan atau prilaku manusia, tentang baik dan buruk. Logika disebut juga pengkajian untuk berpikir secara valid. Jika dihubungkan dengan kekosongan wakil walikota, etika dan logika bisa saja dikait kaitkan. Itu versi penulis, entahlah versi pembaca.
Yuk, kita kaitkan. Secara etika untuk kekosongan kursi wakil walikota, selayaknya diberikan kepada Partai PKS. Karena, walikota sudah dipegang oleh Partai PAN. Karena mereka sama sama mengusung Mahyeldi dan Hendri Septa saat Pilkada Kota Padang. Kalau mengkaji baik buruknya, memang sepantas diberikan kepada Partai PKS.
Karena sama sama berjuang, tentu saling mengisi dan menikmati. Sama berdarah darah dan bersitungkin memenangkan Pilkada Kota Padang. Tapi, etika terpinggirkan disini, karena logika lebih dominan untuk mengisi kekosongan kursi Wawako. Kok logika? Ya, tentu saja, sebab mengisi kekosongan kursi wawako, sangat berpengaruh pada pertarungan Pilkada 2024 nanti.
Karena Partai PAN diduga akan memainkan logika dan berpikir secara valid. Jika kursi wawako diberikan kepada Partai PKS, tentu beresiko terhadap persaingan Pilkada 2024. Karena, terjadi persaingan dua incumben. Dan, diprediksi Partai PAN akan tetap ngotot meluluskan kadernya untuk mengisi kursi kosong wawako. Buktinya, Partai PAN telah mengajukan nama Ekos Albar.
Disebut sebut nama Nama Ekos Albar sudah dibawa DPW, diserahkan ke walikota dan ditembuskan ke DPRD Kota Padang. Lalu, bagaimana dengan Partai PKS yang disebut sebut akan mengusulkan dua nama Muharlion dan Mulyadi Muslim. Penulis belum mendengar secara pasti. Karena informasinya belum diterima secara valid.
Mudah mudahan, dua nama itu betul betul diusulkan, sehingga mengisi kekosongan jabatan walikota menjadi harapan warga dapat terpenuhi. Jika kedua partai pengusung sudah mengusulkan nama calonnya, lalu bagaimana peluangnya? Jawabannya, bisa dikaitkan pada Pligub 2019 lalu. Kok bisa? Ya, bisa saja. Segala kemungkinan bisa terjadi.
Alasan penulis, pengaruh Pilgub lalu, sangat terasa pada pemilihan wakil walikota. Pertarungan dua partai besar pada Pilgub 2019 lalu, masih berlanjut sampai sekarang. Dan, Partai PAN akan menikmati dua pertarungan partai besar itu. Sebab, berat rasanya untuk bersatu pada pemilihan kursi wawako yang kosong ini.
Namun, ini hanya sebuah prediksi dari penulis. Jawabnya, tunggu saja saat dua partai pengusung telah memberikan nama calonnya dan sudah sampai ketangan DPRD Kota Padang. Dan, benarkah perseteruan Pilgub lalu, berpengaruh pada pemilihan Wakil Walikota Padang. Kita tunggu saja, semoga dalam waktu dekat ini kekosongan kursi walikota bisa terisi.
stromectol cost in usa – covid and ivermectin tegretol order online