Porno aksi dan berpakaian seksi, menyertai penampilan artis saweran diatas panggung. Ditonton ribuan mata, ditengah pesta perkawinan bergeliuk liuk mengikuti irama musik.
PADANG, INVESTIGASI_Miris, menyedihkan. Sebuah pelecehan profesi penyanyi dinodai oknum penyanyi lain yang memanfaatkan tubuh dan goyang untuk mendapatkan saweran. Tak perduli, akan menjatuhkan citra Minang
Tak perduli, sebagai perempuan merusak kehormatan perempuan lain. Demi uang semuanya digadaikan diatas panggung. Suara tak lagi modal utama, goyangan dan genitnya tubuh dipertontonkan
Diakui, Edi Cotok, Ketua Orgen Tunggal Sumbar (OTS) kepada media ini, Selasa (2/10) dikediamannya, selama ini, penyanyi dangdut dapat stigma tidak baik dibanding penyanyi genre musik lain.Kata murahan, kampungan melekat pada dirinya. Mudah dicolek dan rentan mengalami pelecehan seksual.
Seiring perjalanan waktu pelecehan profesi penyanyi juga terjadi di Sumbar. Penyanyi saweran menjadi sorotan. Murahan, terkesan pornografi dan porno aksi mengiringi goyang mereka diatas panggung.
Penyanyi orgen tak lagi menjaga tata krama, tapi hanyut dalam pelukan dan goyangan penonton. Hanya demi sebuah saweran, pakaian seksi dan goyangan penuh birahi, merusak harga diri,” kata Edi Cotok artis kocak ini.
Juga dikatakan, gaya seronok itu, menjadi sorotan penonton dan netizen. Poto aksi penyanyi orgen saweran, terlihat vulgar didinding medsos netizen. Cacian dan makian mengiringi poto penyanyi orgen itu.
Berpakaian seksi, bergoyang seronok, dipeluk penonton.Menyelipkan uang saweran dilokasi sensitif sangat memalukan. “Serendah itukah, harga diri penyanyi orgen saweran,” ulasnya
Ia mencontohkan, kuhusus yang terjadi di Kabupaten Pariaman baru baru ini, sangat memilukan. Goyangan penyanyi orgen, pelukan penonton dan menyelipkan uang saweran ditonton khalayak ramai. Tak ada lagi harga diri, semuanya hanyut dalam kesenangan sesaat.
Anak kemenakan tak dihiraukan, saat pelukan dan goyangan birahi dipertontonkan. “Siapa yang disalahkan? Entahlah, begitu buruknya mental penyanyi saweran,” katanya penuh tanda tanya.
Padahal, katanya di Kabupaten Padang Pariaman, sudah ada Perbup yang mengatur orgen tunggal. Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2016, tentang Penertiban Orgen Tunggal, terkesan dilecehkan.
Bahkan, oknum aparat dan penegak perda larut dalam permainan. Mereka terbawa ingar bingar musik dan goyangan penyanyi saweran. Perangkat desapun tak berkutik. “Duh, sebegitu burukkah moral oknum di negeri kita ini,” tukunya
Lanjut Edi Cotok, sekarang, ini menjadi Pekerjaan Rumah bagi kita Seniman Minang. Harga diri terpuruk oleh penyanyi saweran, harus diangkat lagi. Satu yang berbuat, semua kita kena imbas, harus kita luruskan.
Terutama organisasi Orgen Tunggal Sumbar (OTS) harus bergerak cepat. Rapatkan barisan untuk memberangus penyanyi saweran. Koordinasi dengan berbagai pihak pengambil kebijakan perlu dilakukan.
Penyanyi saweran merusak profesi dan negeri ini, bisa ditertibkan. Kalau tidak kita, siapa lagi yang mengangkat harga diri profesi. Untuk penyanyi saweran, jangan manfaatkan panggung dan goyangan untuk cari uang.
“Kalau ingin juga, ada tempat di kafe berkedok karaoke. Anda bebas berbuat apa saja dengan tamu ditempat tertutup. Disanalah tempat anda, bukan dipanggung ditonton khalayak ramai,” imbaunya
Rasa geram, juga terlihat diwajah Fauzi Bahar, tokoh masyarakat Sumbar pencetus pesantren ramadhan, asmaul husna dan jilbab. Kata mantan Walikota Padang dua priode, ini sangat merusak citra Minang
Peran ninik mamak, alim ulama dan pemerintah, ternodai oleh penyanyi orgen saweran ini.”Apalagi dilakukan ditempat terbuka dinonton banyak orang. Sangat memalukan,” katanya, kepada media ini, Selasa (2/10) via telepon selulernya
Padahal, katanya Minangkabau berpegung teguh pada Adat Basandi Syara, Syara Bersandi Kitabullah. Dan, ini perlu menjadi perhatian kita semua
“Sebenarnya, ini bisa tidak terjadi jika pemuda dan tokoh masyarakat melarang pertunjukkan porno aksi itu. Apalagi, dilakukan pada pesta perkawinan.” Jelas ini telah mencoreng muka pemuda, ninikmamak dan tokoh masyarakat setempat,” ulasnya.
Fauzi Bahar berharap Tigo Tungku Sajarang berperan aktif mencegah pertunjukkan liar itu. Pemerintah daerah, mulai dari lurah harus lebih aktif lagi mengawasi terjadinya kasus tersebut.
Begitu juga Sat Pol PP sebagai penegak, melarang dan membubarkan jika ada pertunjukkan artis orgen saweran.” Kalau tidak siapa lagi yang memberantas artis saweran yang merusak citra Minang,” tukuk Fauzi Bahar